PERBEDAAN SLS DAN SLES

Dilihat dari namanya SLS (Sodium Lauryl Sulfat) dan SLES (Sodium Laureth Sulfat) adalah hampir sama. SLS dan SLES keduanya adalah surfaktan Anionik berasal dari minyak inti sawit yang mengandung Sulfat. Memiliki fungsi yang sama yaitu membasahi permukaan, mengemulsi, melarutkan minyak, dan mengangkat kotoran. Perbedaannya ada pada proses pembuatannya.

SLS (Sodium Lauryl Sulfat)


Sodium lauryl sulfate (SLS), juga dikenal sebagai sodium dodecyl sulfate (SDS), merupakan surfaktan anionik yang biasa digunakan dalam produk pembersih dan memiliki kemampuan menghasilkan busa yang lebih banyak dibanding SLES. Konsentrasi SLS yang ditemukan dalam produk konsumen bervariasi tergantung jenis produk dan pabrikan pembuatnya, umumnya berkisar antara 0,01% hingga 50% dalam produk kosmetik dan 1% hingga 30% dalam produk pembersih. SLS bisa dibuat dengan proses sintesa dari minyak bumi ataupun dari bahan alami.

Proses sintesis SLS dilakukan dengan mereaksikan lauryl alkohol dari sumber minyak bumi atau tanaman (kelapa sawit) dengan sulfur trioksida untuk menghasilkan hidrogen lauryl sulfat, yang kemudian dinetralkan dengan natrium karbonat untuk menghasilkan SLS. Berikut adalah reaksinya.

C12H25OH + H2SO4 ------> C12H25HSO4
Lauryl alcohol + Sulfuric acid ---> Hydrogen lauryl sulfate

C12H25HSO4 + Na2CO3 ------> NaC12H25SO4
Hydrogen lauryl sulfate + Sodium carbonate----> Sodium lauryl sulfate (SLS)

SLS (Sodium Lauryl Sulfat) sudah digunakan sebagai bahan utama pembersih sejak tahun 1930, pada produk shampoo, sabun mandi, deterjen dan bahan pembersih rumah tangga. Sejak saat itu SLS mendominasi sebagai surfaktan yang paling banyak dipakai di seluruh dunia.

Dalam Jurnal milik Committee on Publication Ethics (COPE), disebutkan bahwa sejak tahun 1990, banyak masyarakat dan konsumen mulai dibuat bingung dengan banyaknya tulisan dan berita yang menyalah artikan toksitas SLS terhadap manusia dan lingkungan. Ditambah lagi kampanye pemasaran yang sering menyesatkan dan tidak terbukti kebenarannya.

Adanya issue bahwa SLS dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, menjadikan banyak perusahaan kimia mulai membuat surfaktan yang lebih ringan dan aman. Sejak itu mulailah dibuat SLES (Sodium Laureth Sulfat) sebagai alternatif penggunaan surfaktan yang lebih aman. Walaupun dalam kenyataannya pada proses pembutannya menimbulkan bahan ikutan berupa 1,4-Dioxane, yang menyebabkan iritasi pada kulit.

Dalam National Center for Biotechnology Information (NCBI), 2015, disebutkan SLS bisa membuat iritasi pada kulit manusia apabila dalam penggunaannya SLS terkena langsung ke kulit dengan dosis tinggi dan frekuensi yang tinggi. Tetapi apabila terpapar SLS dan langsung di bilas maka tidak akan menimbulkan efek pada kesehatan, ini juga berlaku untuk jenis bahan kimia yang lain.


SLES (Sodium Lauryl  Ether  Sulfat)





SLES dikenal dengan merek dagang Texapon, memiliki kandungan garam yang sangat rendah, dan ketika diencerkan dengan air hingga konsentrasi normal, akan menunjukkan viskositas yang sangat rendah dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Viskositasnya dapat disesuaikan dengan menambahkan natrium klorida (NaCl)  dan alkanolamida. 

Texapon adalah sejenis surfaktan anionik, berupa cairan pasta kental yang tidak berwarna atau berwarna kuning muda, tidak berbau, berbusa, mudah larut dalam air dan memiliki daya deterjensi dan emulsifikasi yang baik.

Berikut adalah proses reaksi pembuatan SLES:


















Note:

Produksi SLES menyebabkan bahan ikutan 1,4-Dioxane, yang sampai saat ini menjadi perdebatan terhadapa efek yang ditimbulkannya.

  • Dioxane diklasifikasikan oleh National Toxicology Program sebagai karsinogen bagi manusia".
  • Juga diklasifikasikan oleh IARC sebagai karsinogen Grup 2B: mungkin karsinogenik bagi manusia karena dikenal sebagai karsinogen pada hewan lain.

  • Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat mengklasifikasikan dioksan sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia (setelah mengamati peningkatan insiden kanker pada penelitian hewan terkontrol, tetapi tidak dalam penelitian epidemiologi pekerja yang menggunakan senyawa tersebut), dan penyebab iritasi yang diketahui (dengan efek samping yang tidak diamati -Efek tingkat 400 miligram per meter kubik) pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam produk komersial.

  • Di Negara Bagian California AS, Dioksan diklasifikasika sebagai penyebab kanker.

[sumber].

https://en.wikipedia.org/wiki/1,4-Dioxane#:~:text=1%2C4%2DDioxane%20(%2F,3%2D)%20are%20rarely%20encountered.]

Kesimpulannya:

Sodium dodecyl sulfate (SDS), Sodium Lauryl Sulfat (SLS)  dan Sodium Lauryl Ether Sulfate (SLES) adalah surfaktan yang berperan dalam produk pembersih dan memiliki fungsi yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada proses pembuatannya.

Dilihat dari komponen penyusunnya, kedua produk ini memiliki kemampuan untuk mengiritasi kulit dan mata, apabila kontak langsung dengan kulit dalam waktu lama dan berkesinambungan. Tetapi apabila terjadi kontak dan segera dibilas, maka iritasi akan dapat dihindari. Untuk kulit sensitif akan menyebabkan iritasi yang lebih parah dan sebaiknya segera dibilas atau hindari kontak langsung.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURFAKTAN

Cara membuat Formula Deterjen Cair