PERBEDAAN SLS DAN SLES
C12H25OH + H2SO4 ------> C12H25HSO4Lauryl alcohol + Sulfuric acid ---> Hydrogen lauryl sulfateC12H25HSO4 + Na2CO3 ------> NaC12H25SO4Hydrogen lauryl sulfate + Sodium carbonate----> Sodium lauryl sulfate (SLS)
SLS (Sodium Lauryl Sulfat) sudah digunakan sebagai bahan utama pembersih sejak tahun 1930, pada produk shampoo, sabun mandi, deterjen dan bahan pembersih rumah tangga. Sejak saat itu SLS mendominasi sebagai surfaktan yang paling banyak dipakai di seluruh dunia.
Dalam Jurnal milik Committee on Publication Ethics (COPE), disebutkan bahwa sejak
tahun 1990, banyak masyarakat dan konsumen mulai dibuat bingung dengan
banyaknya tulisan dan berita yang menyalah artikan toksitas SLS terhadap
manusia dan lingkungan. Ditambah lagi kampanye pemasaran yang sering
menyesatkan dan tidak terbukti kebenarannya.
Adanya issue bahwa SLS dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, menjadikan banyak perusahaan kimia mulai membuat surfaktan yang lebih ringan dan aman. Sejak itu mulailah dibuat SLES (Sodium Laureth Sulfat) sebagai alternatif penggunaan surfaktan yang lebih aman. Walaupun dalam kenyataannya pada proses pembutannya menimbulkan bahan ikutan berupa 1,4-Dioxane, yang menyebabkan iritasi pada kulit.
Dalam National Center for
Biotechnology Information (NCBI),
2015, disebutkan SLS bisa membuat iritasi pada kulit manusia apabila dalam
penggunaannya SLS terkena langsung ke kulit dengan dosis tinggi dan frekuensi
yang tinggi. Tetapi apabila terpapar SLS dan langsung di bilas maka tidak akan
menimbulkan efek pada kesehatan, ini juga berlaku untuk jenis bahan kimia yang
lain.
SLES (Sodium Lauryl Ether Sulfat)
SLES dikenal dengan merek dagang Texapon, memiliki kandungan garam yang sangat rendah, dan ketika diencerkan dengan air hingga konsentrasi normal, akan menunjukkan viskositas yang sangat rendah dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Viskositasnya dapat disesuaikan dengan menambahkan natrium klorida (NaCl) dan alkanolamida.
Texapon adalah sejenis surfaktan anionik, berupa cairan pasta kental yang tidak berwarna atau berwarna kuning muda, tidak berbau, berbusa, mudah larut dalam air dan memiliki daya deterjensi dan emulsifikasi yang baik.
Berikut adalah proses reaksi pembuatan SLES:
Produksi SLES menyebabkan bahan ikutan 1,4-Dioxane, yang sampai saat ini menjadi perdebatan terhadapa efek yang ditimbulkannya.
- Dioxane diklasifikasikan oleh National Toxicology Program sebagai karsinogen bagi manusia".
Juga diklasifikasikan oleh IARC sebagai karsinogen Grup 2B: mungkin karsinogenik bagi manusia karena dikenal sebagai karsinogen pada hewan lain.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat mengklasifikasikan dioksan sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia (setelah mengamati peningkatan insiden kanker pada penelitian hewan terkontrol, tetapi tidak dalam penelitian epidemiologi pekerja yang menggunakan senyawa tersebut), dan penyebab iritasi yang diketahui (dengan efek samping yang tidak diamati -Efek tingkat 400 miligram per meter kubik) pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam produk komersial.
Di Negara Bagian California AS, Dioksan diklasifikasika sebagai penyebab kanker.
[sumber].
Komentar